“Sedia payung sebelum hujan” iya kalimat macam gini sering kita denger buat mengibaratkan persiapan segala sesuatu sebelum terjadi hal yang ga diinginkan . Lalu gimana yang belum punya payung ? Tenang saja kan masih banyak Tukang Ojek Payung. Probelamatika berdatangan atas nama cinta, ya cinta dengan segala konfilknya. Yang A mengejar B yang B mengejar yang C yang C mengejar ke A udah begitu aja terus ga selesai-selesai, gue aja yang mendeskripsikan bingung gimana yang menjalankan. Belum selesai pembahasan tadi tiba-tiba banyak tawaran ojek payung yang menanti. Oiya gue lupa disana hujan dan gue ga bawa payung dan pertanyaan hadir dikepala gue : Lalu, ojek payung mana yang harus gue pilih ? lelaki mana yang harus gue pilih ketika mereka menawarkan payungnya untuk melindungi gue dari derasnya guyuran hujan ?
Apakah lelaki dengan payung warna Hitam itu ?
Yang dengan lancarnya menawarkan payung kepada gue, heboh sekali teriak teriak melambai ke arah gue, semacam beteriak “hei, gue suka banget sama lo silvi” . Selalu bersikap manis dan tak kunjung redup semangat menawarkan payung yang bahkan jika gue mau dia akan meneduhkan secara cuma-cuma. Apa iya gue harus mememilih lelaki seperti itu yang selalu heboh dan mencari sensasi ?
Apakah lelaki dengan payung warna jingga itu ?
Seseorang yang berdiam diri tanpa banyak bicara, gue tau sebenernya dia menyediakan jasa ojek payung dan ingin sekali meneduhkan bahkan melindungi gue saat hujan ataupun sudah reda .Apa iya gue memilih lelaki yang hanya bisa diam begini ?
Apakah lelaki dengan payung warna biru itu ?
Yang menawarkan dengan ramah tamah ucapan manis jasa ojek payungnya tapi di detik itu pula langsung berpaling ke orang lain mengobral jasanya begitu terus sampai aku lihat dia kelimpungan mendapatkan banyak pelanggan. Apa iya gue harus memilih lelaki seperti itu mengobral hingga kelelahan sendiri ?
Lalu, lelaki dengan warna perak kah ?
Tawaran tawaran yang di berikan sungguh terlalu mahal, sangat mahal. Gue sepertinya ga sanggup untuk memenuhi semua tawarannya, mungkin bisa tapi hanya sampai setengah jalan sesudah itu gue ga sanggup untuk membayarnya dan akan kembali hujan-hujan. Apa gue harus kembali basah ?
Atau ini, lelaki dengan payung warna merah itu?
Yang bergerak kearah gue menawarkan dengan murah jasanya, tetapi payung yang dia bawa sungguh kecil, mengapa seadanya sekali. Merasa bahwa gue lebih tinggi dibandingnya, kenapa begitu tidak percaya dirinya ia seharusnya sudah berkomitmen jika ingn menawarkan yang bisa sama-sama kita berteduh dibawahnya.. Yasudahlah, ia tetap hanya ingin membawa payung seadanya. Lalu haruskah gue pilih ?
Sekelumit tawaran yang mungkin kalian alamin juga. Datang silih berganti mengerubungi dengan segala tawaran-tawaran yang mengiurkan tapi tanpa arah dan tujuan. Mereka yang datang silih berganti menawarkan payungnya untuk kita berlindung dengan segala kualitas, wanita di pilih tetapi tak ada salahnya wanita memilih. Tetap memiliih seseorang yang ketika gue berjalan balik arah ia menunjukan kualitas yang lebih baik dari orang yang sempet gue kejar, membuat gue nyaman dan tentram yang pada akhirnya gue dengan semangat menerima payung yang dia tawarin.
Seseorang yang dengan sabar mennati sambil memperbaiki kualitasnya, meyakinkan gue bahwa gue lah wanita yang dia tunggu selama ini. Seseorang yang menyadarkan gue dengan halus :
“Silvi, sini manis aku selalu menantimu. Jangan khawatir aku akan selalu membimbingmu,ingatkan aku selalu akan Tuhan. Agar kita bisa menjadi hamba-Nya yang selalu bernaung atas perintahnya selalu bersyukur saat hujan datang dan matahari terbit. Sini berlindung dibawah payung bersamaku..."
Seketika gue berhenti mengetik dan
Ternyata diluar sana kenapa banyak payung ?
Jakarta, 20 Mei 2015
Sisil
Comments
Post a Comment